Kamis, 14 April 2016

Alvawan Nazmi; Surat untuk Ms. Erli Marlina yang SOK

Tulisan ini saya didekasikan kepada temanku yang mengenal akan diriku. Angkatan 2008, Man 3 Rukoh Banda Aceh

Erli Marlina

Dia sok; sok pintar, sok tahu, sok-sok-an. Aku bisa menilainya dari dulu. Tingginya 165 cm, kurus, wajahnya kayak ibu PKK, lembut, karena kutahu aku pernah memegang tangannya. Bersih, putih, latah, takut, phobia terhadapku. Aku ngak tahu kenapa, ketika melihatku dia selalu saja menghindar dan lari dari kenyataan. Tanpa kusadari, aku binggung sendiri, atas apa yang pernah kulakukan atau apakah aku dianggap paling ditakuti selain SETAN. Aku tidak mengerti.

Ketika itu, seragam baru milikku tercium wangi, menandakan baju itu baru saja kubeli. Hari itu, mendung. Pertama kali masuk sekolah Man 3 Rukoh, aku tidak begitu peduli dengan orang sekitar termasuk para cewek. Bagiku mereka biasa saja. Mereka selalu pergi bersama-sama dan mempunyai kelompok atau grup. Aku tidak heran. Akan tetapi perasaan yang menyebalkan itu timbul. Aku bisa menerawang lawan terberatku di dalam kelas adalah seorang cewek.

Selama seminggu di mulai proses pembelajaran.  Aku terus saja bermain dengan teman para cowok tolol (kamu tahukan teman mainku siapa saja?). Ketika itu,  pelajaran Matematika masuk, Nama gurunya Buk Raihan. Minggu demi minggu semua pelajaran masuk. Aku sudah merasa letih, kusut, seperti orang bodoh. Gagasan ilmu yang kutuangkan dalam kelas di banting begitu saja oleh cewek sok ini.

Perdebatan demi perdebatan dimulai. Perang antar suku tak henti-hentinya. Dia sudah kelewatan kepintarannya. Jagonya sudah tidak bisa dikontrol, semua anak cowok benci kali melihat dia. Tapi dengan kepintarannya dan kebodohan terhadap diriku aku selalu saja mencontek punya dia. Semua anak cowok goblok berharap ilmu kepadanya.

Tiap pagi, kalau saja ada tugas PR pasti dia selalu diburu oleh semua cowok. Apalagi kalau tidak mencontek.

Semua telah terjadi, kelas 2 kami pisah begitu juga kelas 3. Tapi masih satu sekolah cuma beda kelas. Tidak ada lagi perdebatan, tidak lagi ada perang suku.

Semuanya hampa.

Sekarang dia masih sama, SOK. Pergaulannya tidak jauh. Dia tertutup sekali. Dia orang rumah. Susah kali berteman dengannya. Dia pilih-pilih dalam hal pertemanan.

Pertanyaannya adalah KENAPA KAMU BEGITU? ERLI MARLINA. Kamu harus jelaskan kepada publik. Beri kami keterangan. 

Oke begitu saja ya. Aku benci melanjutkan surat ini. Hufp.
Itu aja ya. Oke itu aja. LOL.

Ditulis Oleh : Unknown // Kamis, April 14, 2016
Kategori:

0 komentar:

 

Total Tayangan Halaman

Alvawan Nazmi. Diberdayakan oleh Blogger.