Hari ini, rencana mau selesaiin kiriman baju sama kak Eli, dan mau transfer uang ke bank. selanjutnya aku ke Tapaktuan buat hadirin acara lagi. Uuhhhf, selama sebulan nih banyak banget acara di penjuru daerah, mulai dari pesta kawin, sunat, acara adat, bahkan maulid. Perutku udah buncit tapi badanku kurus, kayak anak kelibihan gizi buruk.
Nih, ada nitip cerpen dari anak muridku di sekolah namanya @dewi marwiyah.
Lanjutan dari : http://ichwannazmi.blogspot.com/2014/01/gerabak-gerubuk.html
KASIH TAK SAMPAI [ chapter 2 ]
Keesokkan
harinya, imar pergi kesekolah seperti biasanya dengan wajah yang terlihat
ceria, tetapi hatinya terluka. Meskipun begitu dia tetap merasa malu yang
sangat dalam kepada deni dan temannya. Sesampai di sekolah, seperti biasanya
imar selalu menghampiri kedua sahabatnya dikelas mereka. Meskipun berbeda kelas
tetapi persahabatn mereka tetap menyatu bagaikan air sungai yang takkan
habis-habisnya. Sebelum sampai kekelas rahma dan naila, imar bertemu dengan
emapat orang sahabat yang sengaja menyindirnya dari belakang. Betapa marahnya
imar kepada mereka, tetapi kemarahannya itu tidak langsung memuncak, karena
naila dan rahma segera menghampirinya.
Setelah
menghampiri imar dan menasehatinya, kedua sahabat imar itupun langsung mengajak
pergi ke kelasnya. Setelah sampai di dalam kelas imar, mereka bertemu dengan
Deni dan sahabat-sahabatnya. Lalu sahabatnya menyindir imar. Betapa marah dan
jengkelnya imar kepada mereka, tetapi karena deni pada saat itu berada disana,
kemarahan imar di pendamnya. Imar malu mengatakan perasaannya itu, karena
menurutnya masa’ cewek yang mengungkapkan perasaannya kepada seorang cowok,
seharusnya cowok duluan yang mengungkapkannya. Imar hanya berdiam diri saja
sambil menaruh tas di meja. Tiba-tiba Naila menentang sindiran dari teman-teman
deni dan akhirnya perdebatanpun terjadi diruang kelas 1 (dua) antara Naila
dengan teman-teman deni yang telah menyindir Imar sahabat Naila.
Perdebatan
itu berakhir sewaktu semua siswa kelas 1 (dua) masuk ke kelas. Kemudian Naila
langsung mengajak Rahma pergi masuk ke kelas mereka. Saat itu Imar belajar
seperti biasanya meskipun ia mendengar sedikit sindiran-sindiran kecil dari belakangnya
yang mengatakan bahwa “masa’ si Imar suka sama cowok satu kelasnya sih”!
sindiran itu di abaikan saja oleh Imar dan sedikitpun Imar tidak terganggu
belajarnya karena sindiran itu. Saat bell istirahat berbunyi Imar dan
teman-teman sekelasnya langsung keluar dari kelasnya. Ketika Imar sampai
dipintu kelasnya, tiba-tiba datanglah dua orang cewek yang mengatakan Imar,
kemudian imarpun menentang perkataan si cewek itu dan langsung keluar tanpa
menghiarukan kedua cewek genit itu. Betapa jengkelnya kedua cewek itu hingga
pulang sekolah mereka tidak berani dengan Imar.
Sampainya
dirumah Imar langsung menuliskan pengalaman-pengalaman yang di alaminya.
Pengalaman yang penuh perdebatan. Imar sangat mengharapkan bisa dekat dengan
Deni, tetapi takdir berkata lain, mereka bukannya dekat tetapi malah semakin
menjauh.
Hari
demi hari dilalui Imar dengan penuh rasa malu dan kecewa, hingga akhirnya
mereka naik ke kelas 2 smp. Tetapi perasaaan Imar tetap tidak berubah terhadap
Deni. Disaat semester genap kelas 2, sikap Deni berubah dratis, ia semakin
bandel dan dari sikapnya itu Imarpun mulai jengkel kepadanya. Semakin hari
sikap Deni semakin menjadi-jadi saja. Tetapi imar mencoba untuk tidak
menghiraukannya lagi. Karena Imar berpikir untuk apa dia memperdulikan Deni,
sedangkan Denipun tak menghiraukannya.
Pada
suatu hari imar sedang berjalan sendiri menuju ke kantor guru. Pada saat itu ia
bertemu dengan Deni yang baru saja keluar dari kantor tersebut. Mereka saling
menatap, namun Imar hanya cuek saja dan langsung masuk ke kantor. Selang
beberapa hari kemudian Imar sangat terkejut karena mendengar suara Deni yang
memanggilnya dari belakang, akhirnya Imarpun menoleh sambil berharap dalam
hatinya kalau Deni memanggilnya untuk mengatakan sesuatu yang special
kepadanya. Ternyata harapan Imar sinarlah sudah, ketika ia mendatangi Deni,
ternyata deni memanggilnya hanya karena disuruh panggil oleh seorang guru.
Betapa kecewanya Imar pada saat itu.
Semenjak
hari itu, Imar dan Deni tidak pernah berkomunikasi lagi. Hingga pada saat
ujian, meskipun mereka duduknya agar berdekatan, tetapi Deni tidak pernah
berbicara dengan Imar. Mulai hari itu Imar menaruh rasa marah yang paling dalam
kepada Deni. Selama dua tahun lebih, deni tidak pernah membalas perasaannya
itu. Apalagi untuk memahami isi hati Imar. Berbicara dengannya saja Deni tidak
sanggup. Hanya karena ketampanannya saja Deni begitu sombong kepada seoarang
cewek yang dengan tulus mencintainya. Pada saat itu hingga pada akhirnya Imar
mulai menguburkan perasaannya sedikit demi sedikit kepada Deni.
Walaupun
berat rasanya, tetapi mau bagaimana lagi, terpaksa Imar membuang jauh-jauh
perasaannya itu karena cinta Imar tak terbalas. Hingga akhirnya mereka
sama-sama lulus dari smp tersebut. Namun Imar dan Denitidak satu sekolah lagi.
Mereka sudah berbeda sekolah. Walaupun demikian saat Imar melihat Deni tidak
satu sekolah lagi. Hati Imar masih ada sedikit rasa yang tersimpan untuk Deni.
Karena menurutnya Deni juga punya perasaan juga dengan Imar. Tetapi malu
mengungkapkannya. Imar sudah berjanji kedapa diri sendiri bahwa Imar tidak akan
menyukainya lagi. Karena Deni sudah melukai hatinya dan menyakiti perasaannya
sejak di smp. Mulai saat itu Imar tidak pernah menghiraukannya lagi, meskipun
Imar merasa berat untuk melupakan Deni. Imar hanya menganggap Deni sebagai
kenagan yang paling indah sewaktu di sekolah smp dulu. Imar hanya dapat
mengenangnya sebagai pengalaman terindah dalam hidupnya. Meskipun ia tak dapat
memiliki Deni.
Setelah
kami lulus SMP, Imar kembali membuka perasaannya kepada cowok yang mau menanggapi
perasaannya. Seseorang yang mau ngertiin dia.
Terkadang cinta yang
tak terbalas itu sakit, namun meninggalkan bekas yang lama. Di saat kita
meninggalkannya, kita dipaksa berusaha untuk mengingatnya. Seperti kulit
pisang, cinta yang dibuang ke tempat sampah tidak akan pernah kembali lagi.
Penulis:
Dewi Marwiyah Kelas Multimedia
Editor:
Ichwan Nazmi, S.pd
Oke ya, aku mandi tujuh rupa dulu.
Dadada... :D
0 komentar:
Posting Komentar