Minggu, 23 Februari 2014

Cerpen Anak SMK (cinta tak terbalas)



Hari ini, rencana mau selesaiin kiriman baju sama kak Eli, dan mau transfer uang ke bank. selanjutnya aku ke Tapaktuan buat hadirin acara lagi. Uuhhhf, selama sebulan nih banyak banget acara di penjuru daerah, mulai dari pesta kawin, sunat, acara adat, bahkan maulid. Perutku udah buncit tapi badanku kurus, kayak anak kelibihan gizi buruk.

Nih, ada nitip cerpen dari anak muridku di sekolah namanya @dewi marwiyah.

KASIH TAK SAMPAI [ chapter 2 ]
 
Keesokkan harinya, imar pergi kesekolah seperti biasanya dengan wajah yang terlihat ceria, tetapi hatinya terluka. Meskipun begitu dia tetap merasa malu yang sangat dalam kepada deni dan temannya. Sesampai di sekolah, seperti biasanya imar selalu menghampiri kedua sahabatnya dikelas mereka. Meskipun berbeda kelas tetapi persahabatn mereka tetap menyatu bagaikan air sungai yang takkan habis-habisnya. Sebelum sampai kekelas rahma dan naila, imar bertemu dengan emapat orang sahabat yang sengaja menyindirnya dari belakang. Betapa marahnya imar kepada mereka, tetapi kemarahannya itu tidak langsung memuncak, karena naila dan rahma segera menghampirinya.
Setelah menghampiri imar dan menasehatinya, kedua sahabat imar itupun langsung mengajak pergi ke kelasnya. Setelah sampai di dalam kelas imar, mereka bertemu dengan Deni dan sahabat-sahabatnya. Lalu sahabatnya menyindir imar. Betapa marah dan jengkelnya imar kepada mereka, tetapi karena deni pada saat itu berada disana, kemarahan imar di pendamnya. Imar malu mengatakan perasaannya itu, karena menurutnya masa’ cewek yang mengungkapkan perasaannya kepada seorang cowok, seharusnya cowok duluan yang mengungkapkannya. Imar hanya berdiam diri saja sambil menaruh tas di meja. Tiba-tiba Naila menentang sindiran dari teman-teman deni dan akhirnya perdebatanpun terjadi diruang kelas 1 (dua) antara Naila dengan teman-teman deni yang telah menyindir Imar sahabat Naila.
Perdebatan itu berakhir sewaktu semua siswa kelas 1 (dua) masuk ke kelas. Kemudian Naila langsung mengajak Rahma pergi masuk ke kelas mereka. Saat itu Imar belajar seperti biasanya meskipun ia mendengar sedikit sindiran-sindiran kecil dari belakangnya yang mengatakan bahwa “masa’ si Imar suka sama cowok satu kelasnya sih”! sindiran itu di abaikan saja oleh Imar dan sedikitpun Imar tidak terganggu belajarnya karena sindiran itu. Saat bell istirahat berbunyi Imar dan teman-teman sekelasnya langsung keluar dari kelasnya. Ketika Imar sampai dipintu kelasnya, tiba-tiba datanglah dua orang cewek yang mengatakan Imar, kemudian imarpun menentang perkataan si cewek itu dan langsung keluar tanpa menghiarukan kedua cewek genit itu. Betapa jengkelnya kedua cewek itu hingga pulang sekolah mereka tidak berani dengan Imar.
Sampainya dirumah Imar langsung menuliskan pengalaman-pengalaman yang di alaminya. Pengalaman yang penuh perdebatan. Imar sangat mengharapkan bisa dekat dengan Deni, tetapi takdir berkata lain, mereka bukannya dekat tetapi malah semakin menjauh.
Hari demi hari dilalui Imar dengan penuh rasa malu dan kecewa, hingga akhirnya mereka naik ke kelas 2 smp. Tetapi perasaaan Imar tetap tidak berubah terhadap Deni. Disaat semester genap kelas 2, sikap Deni berubah dratis, ia semakin bandel dan dari sikapnya itu Imarpun mulai jengkel kepadanya. Semakin hari sikap Deni semakin menjadi-jadi saja. Tetapi imar mencoba untuk tidak menghiraukannya lagi. Karena Imar berpikir untuk apa dia memperdulikan Deni, sedangkan Denipun tak menghiraukannya.
Pada suatu hari imar sedang berjalan sendiri menuju ke kantor guru. Pada saat itu ia bertemu dengan Deni yang baru saja keluar dari kantor tersebut. Mereka saling menatap, namun Imar hanya cuek saja dan langsung masuk ke kantor. Selang beberapa hari kemudian Imar sangat terkejut karena mendengar suara Deni yang memanggilnya dari belakang, akhirnya Imarpun menoleh sambil berharap dalam hatinya kalau Deni memanggilnya untuk mengatakan sesuatu yang special kepadanya. Ternyata harapan Imar sinarlah sudah, ketika ia mendatangi Deni, ternyata deni memanggilnya hanya karena disuruh panggil oleh seorang guru. Betapa kecewanya Imar pada saat itu.

Semenjak hari itu, Imar dan Deni tidak pernah berkomunikasi lagi. Hingga pada saat ujian, meskipun mereka duduknya agar berdekatan, tetapi Deni tidak pernah berbicara dengan Imar. Mulai hari itu Imar menaruh rasa marah yang paling dalam kepada Deni. Selama dua tahun lebih, deni tidak pernah membalas perasaannya itu. Apalagi untuk memahami isi hati Imar. Berbicara dengannya saja Deni tidak sanggup. Hanya karena ketampanannya saja Deni begitu sombong kepada seoarang cewek yang dengan tulus mencintainya. Pada saat itu hingga pada akhirnya Imar mulai menguburkan perasaannya sedikit demi sedikit kepada Deni.
Walaupun berat rasanya, tetapi mau bagaimana lagi, terpaksa Imar membuang jauh-jauh perasaannya itu karena cinta Imar tak terbalas. Hingga akhirnya mereka sama-sama lulus dari smp tersebut. Namun Imar dan Denitidak satu sekolah lagi. Mereka sudah berbeda sekolah. Walaupun demikian saat Imar melihat Deni tidak satu sekolah lagi. Hati Imar masih ada sedikit rasa yang tersimpan untuk Deni. Karena menurutnya Deni juga punya perasaan juga dengan Imar. Tetapi malu mengungkapkannya. Imar sudah berjanji kedapa diri sendiri bahwa Imar tidak akan menyukainya lagi. Karena Deni sudah melukai hatinya dan menyakiti perasaannya sejak di smp. Mulai saat itu Imar tidak pernah menghiraukannya lagi, meskipun Imar merasa berat untuk melupakan Deni. Imar hanya menganggap Deni sebagai kenagan yang paling indah sewaktu di sekolah smp dulu. Imar hanya dapat mengenangnya sebagai pengalaman terindah dalam hidupnya. Meskipun ia tak dapat memiliki Deni.
Setelah kami lulus SMP, Imar kembali membuka perasaannya kepada cowok yang mau menanggapi perasaannya. Seseorang yang mau ngertiin dia.

Terkadang cinta yang tak terbalas itu sakit, namun meninggalkan bekas yang lama. Di saat kita meninggalkannya, kita dipaksa berusaha untuk mengingatnya. Seperti kulit pisang, cinta yang dibuang ke tempat sampah tidak akan pernah kembali lagi.

dengan gayanya yang alay. :D

Penulis: Dewi Marwiyah Kelas Multimedia
Editor: Ichwan Nazmi, S.pd

Oke ya, aku mandi tujuh rupa dulu.
Dadada... :D 

Ditulis Oleh : Unknown // Minggu, Februari 23, 2014
Kategori:

0 komentar:

 

Total Tayangan Halaman

Alvawan Nazmi. Diberdayakan oleh Blogger.