Sabtu, 25 Juli 2015

Jodoh yang diperjuangkan



Aku berharap seseorang yang dipuja dengan teramat segera menoleh. Aku pun diam-diam berharap bahwa yang dipuja akan menerima segala kekuranganku. Aku sadar diri, Aku merasa tak cukup baik untukmu. 

Seolah mendoakan yang dicintainya menjadi sedikit bodoh, Aku mulai merendahkan diri di hadapan semesta. “Aku kurang baik, aku tidak pantas untumu. Tapi aku ingin kamu.”

Aku memang sadar diri. Sadar diri yang menjadi percuma karena Aku tak kunjung benar-benar melakukan perbaikan. Sadar diri yang tak disadarinya menjadi kamuflase berharap semesta memberinya belas kasihan. 

 “Jangan berharap seseorang akan mencintai kekuranganmu, jika kamu sendiri tak cukup pintar untuk benar-benar belajar memperbaikinya,” begitu kawannya menasihati. 

Aku percaya Tuhan itu adil, kan? Aku paham kalau masih banyak kurangnya, tapi aku ogah-ogahan melakukan benar-benar perbaikan. Menurut kamu, apa mungkin Tuhan tega membiarkan orang sebaik dia bersama aku?”

“Menurut kamu gimana?”

”Aku terus belajar menuju kebaikan, dan  hanya menyesali keadaan. Apa mungkin akan dipertemukan?”

Berjuang untuk orang yang mau menerima kekuranganmu, jatuh cinta pada keanehan kamu, tapi tidak membiarkan aku memelihara sifat sifat buruk kamu. Ya, Aku ini kacau! Perlu diperbaiki pakai Cinta!

Bagiku, jatuh cinta adalah anugrah sekaligus ujian, ujian yang terserah Allah mau kasih kita dengan cara yang gimana, orang yang kayak gimana.

Setiap jatuh cinta itu anugrah sekaligus ujian, ujian untuk selalu dicari titik pembelajarannya. Tugasku mencari pembelajarannya, bukan sekadar siapa objeknya. Kalau kita merasa perlu memperjuangkan dan kita mampu memperjuangkan dengan cara yang diridhoi-Nya, ya perjuangkan. 

Ditulis Oleh : Unknown // Sabtu, Juli 25, 2015
Kategori:

0 komentar:

 

Total Tayangan Halaman

Alvawan Nazmi. Diberdayakan oleh Blogger.