Setiap hujan, selalu banyak orang
yang membeli pisang goreng, baik di warung, pasar, bahkan dipinggir jalan.
Kenapa ketika musim hujan atau ketika hujan banyak orang membeli pisang
goreng? Jawabannya bisa di jawab sendiri saja. Haha.
Ada hal seru yang ingin aku
ceritakan di sini, yaitu pisang goreng dan penjual gorengan yang tidak
berpendidikan. Kebanyakkan penjual pisang goreng hanya berlandaskan ijazah SD,
SMP dan SMA. Nah, di kampungku banyak yang kudapati cara menjual atau memasak
gorengan yang tidak punya standar kebersihan.
Biasa penjual menjual gorengan seperti pisang, bakwan, tempe dan tahu. Ada pulak yang jual karena
terserah.
Sebenarnya aku sangat suka
gorengan apalagi disedukan kopi atau teh panas. Kamu tahu, itu adalah rezeki
yang pernah kurasa. Luar biasa !
Gorengan sangat makyus kalau
dimakan panas-panas, ketika kita sedang membeli gorengan, penjual selalu
memberi ijin kepada pembeli untuk memilih mana gorengan yang diambil, intinya
terserah, mau ambil ini kek itu kek atau apalah yang penting terserah. Ada
pembeli yang mengambil gorengan dengan tangannya sendiri dan ngak pakai sendok
gorengan hal itulah yang sangat menjengkelkan bagiku. Lalu, kalau ada pembeli
lain datang terus menyerebuti gorengan dengan keadaaan tangan yang belum
dipastikan bersih bagaimana? Kan kotor!
Ada yang jual gorengan disamping
jalan besar, terus gorengannya terbuka begitu saja tanpa adanya penutup. Itukan
bisa masuk debu pemakai jalan besar. Kiban le nyoe?
Kalau itu aku tidak mau complain,
takut penjual ifil sama aku. Haha.
Suatu sore, aku mencari tempat
lain yang menjual gorengan yang bersih. Tapi tetap sama saja, gorengan
dikampungku tidak layak dikomsumsi. Yang lebih parah lagi, ada penjual gorengan
yang memakai minyak selama berhari-hari terlihat dari kasat mataku kalau
minyaknya sudah berwarna kehitaman. Hadeuhh...
Aku marah dan jengkel
(palak;aceh) semua penjual hanya mementingkan dagangannya laku tapi merugikan
orang lain. Apa yang dia lakukan, masih saja begitu...
Kasihan para pembeli...
Penjual yang tidak ada akalnya
atau lebih bagusnya tidak berpendidikan. Bukannya memberikan yang terbaik bagi
setiap pembeli, justru makanan dibuat seenaknya sendiri dalam tanda kutip tidak
bersih.
Iya aku tahu itu, mungkin aku
cukup berlebihan soal ini, tapi bukankah yang terjadi hanya begitu saja. Aku
mempertahankan prinsip aku dong, beda dengan mereka, mereka hanya
mempertahankan dagangannya laku.
Setanku tiba-tiba datang dan
bertanya: Bagaimana dengan pesaing? Kan banyak pesaing? Mungkin menurutku
begini, kenapa penjual gorengan menaruh gorengannya di tepi jalan? mungkin
karena sengaja, supaya banyak orang yang melirik.
Tidak aku ragukan lagi, itu
memang hukum bisnis. Haha
Jujur, aku tidak marah dengan
perlakuan penjual begitu, namun apalah suatu masakkan di jadikan makanan yang
enak, lezat, dan bersih kan tidak salah. Mungkin semua orang berbeda-beda cara
menjualnya? Iya, kan tuhan memberikan kita akal sehat. Ingat ! manusia adalah
makhluk yang sempurna.
Coba dilihat kembali warung
gorengan yang ada di tempat tinggalmu, apakah sama dengan keadaaan di
kampungku?
Membelilah sesuatu yang
berfaedah, sesuatu yang bermanfaat buat tubuh, darah dan daging. Pandailah
dalam memilih makanan seperti gorengan tadi, lihat-lihatlah cara penyajiannya,
kalau ingin sekali membelinya maka kamu harus berhati-hati...
3 komentar:
Kenapa nggak larang aja penjualnya, pak?
kek ni kek tu lah orang aceh...
malah ada yang masak pake kertas plastik makanya renyah ...
main juga disini :
ezapedia.wordpress.com
kenapa ngak abg aja yg lanjutin bisnis pisang gorengnya bg? mana tau sukses kan? :D
Posting Komentar