Senin, 09 Juni 2014

Tentang Pedagang Pisang Goreng

Setiap hujan, selalu banyak orang yang membeli pisang goreng, baik di warung, pasar, bahkan dipinggir jalan. Kenapa ketika musim hujan atau ketika hujan banyak orang membeli pisang goreng? Jawabannya bisa di jawab sendiri saja. Haha.

Ada hal seru yang ingin aku ceritakan di sini, yaitu pisang goreng dan penjual gorengan yang tidak berpendidikan. Kebanyakkan penjual pisang goreng hanya berlandaskan ijazah SD, SMP dan SMA. Nah, di kampungku banyak yang kudapati cara menjual atau memasak gorengan yang tidak punya standar kebersihan.  Biasa penjual menjual gorengan seperti pisang, bakwan, tempe dan tahu. Ada pulak yang jual karena terserah.

Sebenarnya aku sangat suka gorengan apalagi disedukan kopi atau teh panas. Kamu tahu, itu adalah rezeki yang pernah kurasa. Luar biasa !

Gorengan sangat makyus kalau dimakan panas-panas, ketika kita sedang membeli gorengan, penjual selalu memberi ijin kepada pembeli untuk memilih mana gorengan yang diambil, intinya terserah, mau ambil ini kek itu kek atau apalah yang penting terserah. Ada pembeli yang mengambil gorengan dengan tangannya sendiri dan ngak pakai sendok gorengan hal itulah yang sangat menjengkelkan bagiku. Lalu, kalau ada pembeli lain datang terus menyerebuti gorengan dengan keadaaan tangan yang belum dipastikan bersih bagaimana? Kan kotor! 

Ada yang jual gorengan disamping jalan besar, terus gorengannya terbuka begitu saja tanpa adanya penutup. Itukan bisa masuk debu pemakai jalan besar. Kiban le nyoe?

Kalau itu aku tidak mau complain, takut penjual ifil sama aku. Haha.

Suatu sore, aku mencari tempat lain yang menjual gorengan yang bersih. Tapi tetap sama saja, gorengan dikampungku tidak layak dikomsumsi. Yang lebih parah lagi, ada penjual gorengan yang memakai minyak selama berhari-hari terlihat dari kasat mataku kalau minyaknya sudah berwarna kehitaman. Hadeuhh...

Aku marah dan jengkel (palak;aceh) semua penjual hanya mementingkan dagangannya laku tapi merugikan orang lain. Apa yang dia lakukan, masih saja begitu...
Kasihan para pembeli...

Penjual yang tidak ada akalnya atau lebih bagusnya tidak berpendidikan. Bukannya memberikan yang terbaik bagi setiap pembeli, justru makanan dibuat seenaknya sendiri dalam tanda kutip tidak bersih.

Iya aku tahu itu, mungkin aku cukup berlebihan soal ini, tapi bukankah yang terjadi hanya begitu saja. Aku mempertahankan prinsip aku dong, beda dengan mereka, mereka hanya mempertahankan dagangannya laku. 

Setanku tiba-tiba datang dan bertanya: Bagaimana dengan pesaing? Kan banyak pesaing? Mungkin menurutku begini, kenapa penjual gorengan menaruh gorengannya di tepi jalan? mungkin karena sengaja, supaya banyak orang yang melirik.

Tidak aku ragukan lagi, itu memang hukum bisnis. Haha

Jujur, aku tidak marah dengan perlakuan penjual begitu, namun apalah suatu masakkan di jadikan makanan yang enak, lezat, dan bersih kan tidak salah. Mungkin semua orang berbeda-beda cara menjualnya? Iya, kan tuhan memberikan kita akal sehat. Ingat ! manusia adalah makhluk yang sempurna.

Coba dilihat kembali warung gorengan yang ada di tempat tinggalmu, apakah sama dengan keadaaan di kampungku? 

Membelilah sesuatu yang berfaedah, sesuatu yang bermanfaat buat tubuh, darah dan daging. Pandailah dalam memilih makanan seperti gorengan tadi, lihat-lihatlah cara penyajiannya, kalau ingin sekali membelinya maka kamu harus berhati-hati...

Ditulis Oleh : Unknown // Senin, Juni 09, 2014
Kategori:

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Kenapa nggak larang aja penjualnya, pak?

Anonim mengatakan...

kek ni kek tu lah orang aceh...
malah ada yang masak pake kertas plastik makanya renyah ...


main juga disini :
ezapedia.wordpress.com

Naufal Khalish mengatakan...

kenapa ngak abg aja yg lanjutin bisnis pisang gorengnya bg? mana tau sukses kan? :D

 

Total Tayangan Halaman

Alvawan Nazmi. Diberdayakan oleh Blogger.