Suatu jamuan makan yang diadakan di tempat
kediaman Pak Cek Ibrahim saudara sepupu jauh dari Ayah, Padang Meurante, Aceh
Barat Daya. Pak Cek Ibrahim adalah salah satu saudara yang paling dekat dengan
keluarga saya, Ayah dan Pak Cek Ibrahim layaknya sahabat yang tak mungkin
dilepaskan. Mereka berdua selalu bersama pada waktu remaja dulu. Pada malam itu
pak cek Sudirman Ibrahim memberikan sambutan hangat ke keluarga kami.
Kami suami isteri dari Keluarga Usman -
Ibu dan Ayah duduk si sofa yang telah di sediakan. Makanan/minuman ala
kadarnya. Dengan membawa kedua anaknya, saya dan kakak saya, Fabian 24 tahun
dan Wirda Andriani, 29 tahun (sudah menikah). Ramah tamah berjalan dengan
gembira dan santai. Saya menikmatinya pada malam itu.
Pada suatu hari Pak Cek Ibrahim datang ke rumah kami
(Keluarga Usman) beliau bertanya kepada Ayah Saya "Fabian Sekarang sudah
tamat kuliah?” Lalu Ayah Saya menjawab dengan datar, “sudah”. Lalu Pak Cek
Ibrahim bertanya lagi, “Sudah bekerja?”. Ayah saya bingung dengan pertanyaan
beliau, sehingga Ayah saya mengatakan “Untuk saat ini belum”.
Lalu, Ayah Saya bertanya balik,
"Kenapa? Ada apa tanya-tanya tentang begini?" kemudian hening yang
panjang....... Dan Pak Cek Ibrahim pun menjawab, "Ah tidak apa-apa.
Tanya-tanyakan tidak salah?"
Beberapa Minggu kemudian, Pak Cek Ibrahim
dan istrinya bertemu di salah satu pusat kota, lalu berbincang-bincang dengan
Ayah saya.
"Begini, " kata Pak cek Ibrahim.
"Putri Saya yang bungsu masih kelas 1 SMA, Saya
ingin jodohkan dengan Putra Bapak."
"Siapa, Fabian?"
"Iya", jawabnya.
"Dia belum ada kerja, masih
menganggur?"
Pak Cek Ibrahim melanjutkan pembicaraan.
"Putri Saya masih kelas 1, biar tamat sekolah dulu, selama 3 tahun kan dia
bisa cari kerja”.
Ayah Saya bilang; Bukan saya menganggap
bahwa perbedaan usia Dila dengan Fabian terlalu jauh. Lagipula Fabian belum ada
kerjaan. Kalau begitu, "mengenai soal perjodohan ini, saya harus
menanyakan kepada anak saya dulu. Dia sudah berusia 24 tahun, sehingga sudah
saya anggap dewasa untuk memutuskan jalan hidupnya".
Siapa yang tidak terkejut tiba-tiba
mendengar perjodohan itu. Biasanya kan Pria dulu yang dijodohkan dengan
Wanitanya. Ini lho. Hehe. Setelah pemberitaan itu datang ke rumah, Ayah saya
hampir kena serangan jantung, apa lagi saya, saya lebih parah; kena muntah
mencret, demam kuning, kurang darah dan diare pokoknya banyaklah. Aaaaaaaa.....
Lalu... Di rumah.
Ayah memanggil saya untuk menanyakkan
perihal tersebut.
"Ada apa Ayah" tanya Saya ketika
saya duduk di sofa.
"Pak Cek Ibrahim. Dia temui Ayah untuk
menjodohkanmu sama anaknya".
"Buat saya? Manusia sinting mana yang mau anaknya
menikah dengan Saya?"
"Dia bukan orang sinting ! Dia Putri
dari teman Ayah, dan dia orang baik, Dilawati!"
Sang kakak, menyeletuk, "Jangan mau, Fabian, masih
anak-anak kuncrut!"
Wirda juga masih ragu-ragu, sehingga Ayah mengajak
saya untuk bertemu sendiri dengan Pak Cek Ibrahim Ayahnya Dilawati.
"Cek, saya merasa takut".
"Takut apa?"
"Saya ini orang pengangguran, dia
terlalu Pintar". Pak Cek Ibrahim melanjutkan, antara lain mengatakan,
"Tidak apa-apa, pokoknya Saya percaya sama kamu untuk menjaga Putri Saya.
Demikianlah percakapan saya dengan Pak Cek
Ibrahim.
Belum ada putusan dari saya sampai saat
ini. Setuju atau menerimanya. Saya hanya bisa pasrah kepada Allah. Saya tahu
dengan keadaaan begini; menganggur adalah sebabnya. Saya bukan menghindar, cuma
waktu menikah nanti, bukan hanya perut Saya yang dipikirkan. Semua itu harus
direncanakan terlebih dahulu dengan matang.
Pak Cek Ibrahim memang bertekad, untuk
menemukan jodoh buat putrinya, karena beliau sudah tua dan mulai
sakit-sakitan, biarpun sudah jauh-jauh hari Pak Cek Ibrahim mulai memikirkan
jodoh bagi Putrinya.
2 komentar:
Pertama, CEPREN atau CERPEN sih?Cerita nih Pren maksudnya kah? Edit edit dulu deh sebelum klik publish.
Kedua, awalnya Fabian, terus jadi Wan. Itu si Fabian dipanggil Wan atau si Wan adalah tokoh baru mendadak muncul?
Ketiga, penulis bisa bilang bahasanya unik, tapi menurut pembaca bahasanya itu malesin. Sori yee...
Keempat, maaf deh kalo ga terima kritik. Siapa suruh kolomnya dibuka untuk publik. :p
Haha, kamu begitu teliti ya, gelar mu apa ya. Es kuncrong.
Saya akan edit ya, tenang saja pren. hehe
Posting Komentar