Selasa, 09 Desember 2014

Cepren; di Jodohkan?

Suatu jamuan makan yang diadakan di tempat kediaman Pak Cek Ibrahim saudara sepupu jauh dari Ayah, Padang Meurante, Aceh Barat Daya. Pak Cek Ibrahim adalah salah satu saudara yang paling dekat dengan keluarga saya, Ayah dan Pak Cek Ibrahim layaknya sahabat yang tak mungkin dilepaskan. Mereka berdua selalu bersama pada waktu remaja dulu. Pada malam itu pak cek Sudirman Ibrahim memberikan sambutan hangat ke keluarga kami.

Kami suami isteri dari Keluarga Usman - Ibu dan Ayah duduk si sofa yang telah di sediakan. Makanan/minuman ala kadarnya. Dengan membawa kedua anaknya, saya dan kakak saya, Fabian 24 tahun dan Wirda Andriani, 29 tahun (sudah menikah). Ramah tamah berjalan dengan gembira dan santai. Saya menikmatinya pada malam itu.

Pada suatu hari Pak Cek Ibrahim datang ke rumah kami (Keluarga Usman) beliau bertanya kepada Ayah Saya "Fabian Sekarang sudah tamat kuliah?” Lalu Ayah Saya menjawab dengan datar, “sudah”. Lalu Pak Cek Ibrahim bertanya lagi, “Sudah bekerja?”. Ayah saya bingung dengan pertanyaan beliau, sehingga Ayah saya mengatakan “Untuk saat ini belum”.
Lalu, Ayah Saya bertanya balik, "Kenapa? Ada apa tanya-tanya tentang begini?" kemudian hening yang panjang....... Dan Pak Cek Ibrahim pun menjawab, "Ah tidak apa-apa. Tanya-tanyakan tidak salah?"
Beberapa Minggu kemudian, Pak Cek Ibrahim dan istrinya bertemu di salah satu pusat kota, lalu berbincang-bincang dengan Ayah saya.
"Begini, " kata Pak cek Ibrahim.
"Putri Saya yang bungsu masih kelas 1 SMA, Saya ingin jodohkan dengan Putra Bapak."
"Siapa, Fabian?"
"Iya", jawabnya.
"Dia belum ada kerja, masih menganggur?"
Pak Cek Ibrahim melanjutkan pembicaraan. "Putri Saya masih kelas 1, biar tamat sekolah dulu, selama 3 tahun kan dia bisa cari kerja”.
Ayah Saya bilang; Bukan saya menganggap bahwa perbedaan usia Dila dengan Fabian terlalu jauh. Lagipula Fabian belum ada kerjaan. Kalau begitu, "mengenai soal perjodohan ini, saya harus menanyakan kepada anak saya dulu. Dia sudah berusia 24 tahun, sehingga sudah saya anggap dewasa untuk memutuskan jalan hidupnya".
Siapa yang tidak terkejut tiba-tiba mendengar perjodohan itu. Biasanya kan Pria dulu yang dijodohkan dengan Wanitanya. Ini lho. Hehe. Setelah pemberitaan itu datang ke rumah, Ayah saya hampir kena serangan jantung, apa lagi saya, saya lebih parah; kena muntah mencret, demam kuning, kurang darah dan diare pokoknya banyaklah. Aaaaaaaa.....

Lalu... Di rumah.

Ayah memanggil saya untuk menanyakkan perihal tersebut.
"Ada apa Ayah" tanya Saya ketika saya duduk di sofa.
"Pak Cek Ibrahim. Dia temui Ayah untuk menjodohkanmu sama anaknya".
"Buat saya? Manusia sinting mana yang mau anaknya menikah dengan Saya?"
"Dia bukan orang sinting  ! Dia Putri dari teman Ayah, dan dia orang baik, Dilawati!"
Sang kakak, menyeletuk, "Jangan mau, Fabian, masih anak-anak kuncrut!"
Wirda juga masih ragu-ragu, sehingga Ayah mengajak saya untuk bertemu sendiri dengan Pak Cek Ibrahim Ayahnya Dilawati.
"Cek, saya merasa takut".
"Takut apa?"
"Saya ini orang pengangguran, dia terlalu Pintar". Pak Cek Ibrahim melanjutkan, antara lain mengatakan, "Tidak apa-apa, pokoknya Saya percaya sama kamu untuk menjaga Putri Saya.
Demikianlah percakapan saya dengan Pak Cek Ibrahim.

Belum ada putusan dari saya sampai saat ini. Setuju atau menerimanya. Saya hanya bisa pasrah kepada Allah. Saya tahu dengan keadaaan begini; menganggur adalah sebabnya. Saya bukan menghindar, cuma waktu menikah nanti, bukan hanya perut Saya yang dipikirkan. Semua itu harus direncanakan terlebih dahulu dengan matang.
Pak Cek Ibrahim memang bertekad, untuk menemukan jodoh buat putrinya, karena beliau sudah tua dan mulai sakit-sakitan, biarpun sudah jauh-jauh hari Pak Cek Ibrahim mulai memikirkan jodoh bagi Putrinya.


Ditulis Oleh : Unknown // Selasa, Desember 09, 2014
Kategori:

2 komentar:

Pepnosaurus mengatakan...

Pertama, CEPREN atau CERPEN sih?Cerita nih Pren maksudnya kah? Edit edit dulu deh sebelum klik publish.

Kedua, awalnya Fabian, terus jadi Wan. Itu si Fabian dipanggil Wan atau si Wan adalah tokoh baru mendadak muncul?

Ketiga, penulis bisa bilang bahasanya unik, tapi menurut pembaca bahasanya itu malesin. Sori yee...

Keempat, maaf deh kalo ga terima kritik. Siapa suruh kolomnya dibuka untuk publik. :p

Unknown mengatakan...

Haha, kamu begitu teliti ya, gelar mu apa ya. Es kuncrong.
Saya akan edit ya, tenang saja pren. hehe

 

Total Tayangan Halaman

Alvawan Nazmi. Diberdayakan oleh Blogger.