Hari ketiga puasa, aku mendapat musibah yang tak terduga,
"masa, gara-gara mengusap mata karena ada asap mata jadi berdarah".
"masa, gara-gara mengusap mata karena ada asap mata jadi berdarah".
Sudah lama, mataku sebelah kiri mengalami rabun jauh. Tidak
tahu pasti kapan mataku ini sakit. Tetapi aku tidak menghiraukannya, yang jelas
mataku bisa membaca buku atau majalah dengan baik. Intinya mataku baik-baik
saja. Selama ini hidup tidak pernah merasa terganggu dengan hal tersebut, tapi
pada suatu hari ini sepertinya menganggu.
Tiga hari berpuasa..
Hari itu, aku lagi memasak daging kambing di belakang rumah bersama pak cek. Hasyimi namanya, beliau akan berbuka puasa di rumah bersama kerabat yang lain. Kami memasak
dengan memakai kayu bakar, asap kian banyak ketimbang apinya, dengan bergegas
aku tiup arangnya dengan ketebalan asap mencapai 280 inci. Jadi, aku pun tidak
bisa lari lagi asap itu, terperangkap dalam asap. Semakin ku tiup semakin banyak asap yang
terbang di sekujur kepalaku, mataku perih, sesekali ku usapkan dengan
tanganku. Aku tidak tahan lagi dengan asap itu. Sampai sore hari, rupanya
mataku memerah; seperti darah, seperti warna merah meriah. Aku berteriak
histeris, terkejut melihatnya dalam pikiranku satu hal. Apa mataku buta??
Besoknya aku bergegas pergi menjumpai dokter spesialis mata
dan aku merasa lega dengan perkataannya bahwa mataku tidak apa-apa...
Puasa hari itu seperti gula aren; puasanya sama dengan gula dan arennya sama dengan merah, ('mataku')..
2 komentar:
unexpected ending xD
keren-keren (y)
Terima kasih telah berkunjung. :D
Posting Komentar