Menurut saya, dilantiknya Malik Mahmud sebagai Wali Nanggroe tidak masalah, akan tetapi jangan dilantik menjadi Opera Iklan sabun kecantikkan yaa. Mengenai rencana pelantikan Malik Mahmud sebagai Wali Nanggroe 28 September mendatang, dimana presiden SBY juga dijadwalkan hadir pada pelantikan tersebut. Tapi nyatanya SBY tidak datang, bikin malu saja.
Siswa SMK di sekolah tempat saya mengajar, belum banyak yang tahu tentang Wali nanggroe itu siapa? DPRA juga begitu. hehe. Saya kurang srek dengan DPRA sekarang, ini adalah politik dalam dari DPRA sendiri. Sebenarnya WNA itu harus dekat rakyat. Saya yakin masih banyak masyarakat yang belum mengenal siapa wali nanggroe itu. Apalagi nama aslinya. Ini sangat jelas, usulan Malik Mahmud sebagai WNA hanya sikap sepihak, dan ini adalah pemaksaaan dari DPRA. Saya pernah baca koran tentang Wali nanggroe yg heboh-hebohnya sekarang ini. petikkannya begini :
"tidak dapat dilantik seorang WNA yang keperibadiannya tidak memasyarakat".
Ini adalah kesalahan fatal jika WNA di lantik. Yang mau dilantik sekarang, tak mau bergaul dengan masyarakat, bagaimana nih?. Entah dia gak mau bergaul atau dia dipaksa mau bergaul, atau mau digauli".
Seharusnya, kalau dia merasa seorang pemimpin, ya dialah yang harus menyambangi rakyat, “kok rakyat yang harus datang menemui dia, dia harus memperkenalkan diri dia pada rakyat, sebab rakyat tidak tahu siapa dia sebelum MoU”. “Kalau dia tidak tahu Aceh, ya minta tolong sama teman-teman disana untuk bawa dia keliling Aceh, bertemu dengan rakyat. kan lebih srek kita lihat. Ini, pergi sana-pergi sini. Kayak Ayu ting-ting aja.
Menurut saya lagi, WNA itu harus independen ya, tak boleh memihak kepada organisani manapun, baik partai maupun kelompoknya. Jadi peertanyaannya, ini yang mau dilantik, wali partai atau WNA?” Hahaha. ada-ada saja...
Bukan hanya itu, banyak anggota DPRA tidak mengerti apa arti kata “wali”, itulah kenapa mereka melantik wali nanggroe dengan kehendak hati mereka .
0 komentar:
Posting Komentar