Hari ini aku mengajar seperti
biasa. Biasa dengan hari biasa lainnya, tidak ada perubahan dalam diriku. Ke
seharian sendiri membuat hidup ini biasa-biasa saja.
SEKOLAH
Selesai mengajar, aku selalu
duduk di kantin dengan persaaan tidak menyenangkan. Di
temani sama Apoe Syam. Apo Syam adalah orang penjaga kantin yg udah lama berjualan di situ. Kami udah
satu bulan lebih berkenalan. Beliau sebenarnya sudah tuha, anaknya ada dua, yg
cowok belum nikah, dan yg cewek udah nikah dan mempunyai anak satu, dan beliau
tinggal ngak jauh dari sekolah yg aku ngajar. Hari itu, aku merasa ngak enak
pikiran, karena banyak yg aku pikirkan.
“Apoe, kopi caatu buehhh”! sahutku
dengan rada bencong.
Aku duduk, termenung dan menghabiskan kopi itu
sambil mandangin ke arah pustaka sekolah. Tiba-tiba datang Bapak2 dan duduk
di sebelah aku. sebut saja namanya Bambang. Bapak itu kerja bangunan di samping sekolah,
karena capek dia istirahat dulu di kantin Apo Syam. Setelah 7 menit bapak itu
duduk sebelahku, beliau bilang sama apo syam.
“Anak zaman sekarang, maunya cepat2 nikah, pas udah
nikah, ngak tahu cara cari uang. Dan hanya
bisa menampung hidup sama mertua”.
Lanjut apo : “Gitulah anak modern sekarang, kalo ada
uang 10 juta dan tampil oke aja, langsung ngajak nikah, dan selesai itu stress
mikirin uang bulanan. Rebes Apo sambil melihat aku.
Aku hanya bisa nelan ludah, dan
mengangguk.
Kayaknya aku tahu kalo mereka
nyindir aku, karena jelas sekali kalau aku belum menikah. Ada orang bilang Nikah
itu Gampang. Oke Gampang ! tapi menjalaninya itu Susah. Siapa sih yg ngak mau
nikah? Kita harus mempersiap alat tempur itu dengan keadaan ready. Siap mental,
Matang dan harus mempunyai tanggung jawab
besar. Itu !
Sejak itu, aku tidak pernah
melupakan pembicaraan Bapak sama Apo. Pacaran itu boleh aja, asal jangan main2.
Pilihan itu harus jitu, karena aku juga tahu kalau mempermainkan anak orang itu
ngak baik.
RUMAH, FAMILY
Malam lalu Ada tawaran dari
keluarga untuk kerja di Perusahaan. Salah
satunya yg dekat dengan tempat tinggal adalah perusahaan BUMN yaitu Bank
Pemerintah. Tahun lalu juga bilang begitu, dan aku sih tidak memperdulikannya. Karena lebih baik
mengajar sesuai dengan profesiku yg aku ambil di Kampus waktu dulu. Menjadi
seorang guru. Namun, aku tahu kalau mereka juga memikirkan keadaanku dan masa
depanku.
Apalagi sekarang Guru Honor
atau Kontrak tidak berlaku lagi dari Kementrian Pendidikan. Tergantung juga
sekolah mau nampung atau ngak. Dengan Gaji pas-pas di sekolah yg aku ngajar. Aku
nilai tidak cukup buat keperluan lain dan masa depan.
Hal ini membatasi aku dengan kehidupan
Sosial. Taraf hidup dari tahun ke tahun bakal naik terus. Adduuuhhh… Ekonomi..
Tapi kalau ekonomi naik di Indonesia, mengapa rakyat tak kunjung Sejahtera
juga?
Keluargaku terus memaksaku
untuk bisa nentuiin pilihan yg aku ambil. SEKARANG! Dan itu membuatku harus
berpikir banyak. Aku ngak mau, kalau umur 30 tahun masih begitu2 saja. Harus ada
perubahan, perubahan dari Nol ke perubahan yg tidak Nol.
Temanku pernah bilang “tidak banyak
yg kita lakukan, dengan hanya mempertimbangkan”.
Intinya, hidup ini harus
sejalan dengan apa yg kita pikirkan. Rata-rata orng bilang, hidup ini di buat
santai saja”. Itu salah besar. Yang betulnya apa adalah Hidup ini harus di
pikirkan…..
6 komentar:
Sahutku dengan rada bencong itu maksudnya gimana ya? :D
Blogwalking. Baru sempat mampir nih :)
Rada bencong ya. Oh okesip.
hahaa., mksdnya kak kan, suara saya kak agak parau gitu. :D
Oke Put, ngak apa2.. aku senang kok, kamu hadir di sini. :)
Walah Mas Bro... apa itu, okesipp..
jangan mikir macam2 yaa. huhuh..
Posting Komentar